Yamaha Vixion Lovers Community Kediri
_Seduluran Selawase_
Rabu, 18 April 2012
Jumat, 28 Oktober 2011
Tapak Suci
PERGURUAN SENI BELADIRI INDONESIA
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
SEJARAH TAPAK SUCI
Pra SejarahPra sejarah Tapak Suci telah dimulai sejak lahirnya seorang putera dari KH.Syuhada, yang bernama Ibrahim, pada tahun 1872 di Banjarnegara (Jawa Tengah). Di usia remaja Ibrahim telah belajar pencak, dan kelak pemuda Ibrahim dikenal sebagai pemuda yang aktif menggunakan ilmu pencaknya itu untuk menentang penjajahan Belanda, kerap menggangu dan melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Hal ini membuatnya kaerap menjadi buronan Belanda.
Dalam statusnya yang sering menjadi buronan Belanda, Ibrahim kerap berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain bersembunyi dari kejaran pihak Belanda, Ibrahim juga mendalami dan mengasah ilmu pencaknya. Tersebutlah dalam riwayat beliau sempat singgah ke Batavia, dititip pada seorang kerabatnya disana. Namun di Batavia Ibrahim juga sering membuat onar terhadap Belanda, hingga akhirnya beliau berangkat ke Tanah Suci.
Setelah menikah dengan puteri KH.Ali, Ibrahim kemudian mendirikan pondok pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim berganti nama menjadi KH.Busyro Syuhada. Adapun kelak kemudian pondok pesantren Binorong semakin berkembang pesat, Diantara santri-santrinya antara lain: Achyat (H.Burhan) adik misan Ibrahim, M.Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, dan Sudirman. Sudirman kelak berkarir dalam dunia militer, dikenal sebagai Panglima Besar Jendral Sudirman.
Sekitar tahun 1921 dalam konfrensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH.Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik: A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M.Wahib dengan H.Burhan, selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib mengangkat KH.Busyro sebagai guru.
A.Damyati dan M.Wahib berguru pencak kepada KH.Busyro di Binorong, Banjarnegara. KH. Busyro lebih terkenal menguasai ilmu pencak inti, sedangkan H.Burhan lebih terkenal menguasai ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus dan 5 kembangan.Selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib kembali ke Yogyakarta, diikuti oleh KH.Busyro dan H.Burhan yang pindah ke Yogyakarta. Dalam kondisi demikian, masyarakat lingkunganya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Seiring dengan berpindahnya KH.Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran yang pada awalnya dikembangkan melalui pondok pesantren Binorong, akhirnya untuk sementara waktu berpusat di Kauman.
Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam dan cenderung tertutup, sedangkan M.Wahib sifatnya cenderung agresif dan terbuka. Pembawaan A. Dimyati lebih mirip dengan pembawaan H.Burhan. Sedangkan pembawaan M.Wahib dikatakan lebih mirip pembawaan gurunya, KH.Busyro. Untuk itu lebih menonjol nama M.Wahib dari pada
A.Dimyati. Sedangkan A.Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari adiknya, namun karena pendiam dan tertutup maka tidak kejadian yang dicatat.
Karena sifat kedua kakak beradik yang berbeda ini. Sering mengakibatkan keduanya terlibat bentrok, termasuk dalam hal adu kaweruh. KH.Busyro memahami karakter kedua kakak beradik ini. Sekalipun berbeda, menurut beliau keduanya sama-sama memiliki bakat pencak yang tinggi.
Melihat hal demikian KH.Busyro Syuhada menunjuk pendekar A.Dimyati untuk berkelana kea rah barat, sebagaimana yang pernah dijalani oleh pendekar KH.Busyro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A.Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada KH.Busyro tidak boleh berguru kepada guru pencak lainnya. Untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh”. Diriwayatkan bahwa Pendekar A.Dimyati berhasil menguasi ilmu Cikalong, Cimande, dan Cibarosa.
Adapun KH.Busyro menunjuk M.Wahib untuk berkelana kea rah timur, hingga beberapa tempat sempat disinggahi oleh Pendekar M.Wahib, antara lain Bawean dan Madura. Karena sifatnya yang agresif dan terbuka dari pendekar M.Wahib, maka “adu kaweruh” diartikan berkelahi, menguji ilmu dengan pendekar-pendekar yang mengklaim dirinya sebagai pendekar sakti. Menurut cerita yangdiceritakan oleh M.Wahib: “Kemana-mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang (menang), kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.
Setelah penggembaraan Pendekar A.Dimyati ke barat, dan penggembaraan Pendekar M.Wahib ke timur, keduanya kembali ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari lawan tanding Pendekar M.Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda ataupun tentara Belanda.
CikaumanPada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH.Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.
Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oelh semua murid-muridnya, yaitu:
Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
Mengabdiak perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk kesucian.
Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal :
Geografis : berupa dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
Kultural : berupa budaya dan adapt istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.
Aliran Bangsawan
Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
Daya gunanya pada seni pencak silat.
Disiplin.
Aliaran Rakyat
· Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
· Daya guna pada bela diri.
· Tidak disiplin.
Kalau dilihat pada aliran Cikauman, dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah :
· Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
· Tidak disiplin, tetapi patriotic.
· Daya duna sama kuat antara seni dan bela diri.
Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.
Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M.Wahib dan Pendekar Besar A.Dimyati. murid angkatan pertama adalah M.Djuraimi (Mbah Djur) dan M.Syamsuddin. Kehandalan M.Syamsuddinterletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ii ditunjang oleh postur tubuh M.Syamsuddinjuga seorang pemain sepak bola yang handal.
Setelah sinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M.Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN.
SeranomanPerguruan Seranoman melahirkan seorang pendekar M.Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M.Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 Kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuansehingga keilmuan pencak mudah untuk dimassalkan. Namun sayangnya baliau berpulang ke Rahmatullah sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M.Zahid sempat melahirkanseorang murid berbakat, yaitu Moh.Barie Irsyad. Selanjutnya Moh.Barie Irsyad dibine langsung oleh A.Dimyati dan M.Wahib.
Pada perkembangan selanjutnya Moh.Barie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi (terusir) dari Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kuman, pada suatu malam tepatnya tengah malam, bertempat dipelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang haq, Moh.Barie Irsyad berhasil melumpuhkan ilmu sihir dari aliran hitam.
Pada waktu di bai’at Pendekar Moh.Barie Irsyad berjasil mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lalu Pendekar Moh.Barie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M.Zahid, M.Syamsuddin, M.Wahib dan A.Dimyati, kemudian diberi restu untuk menerima murid. Moh.Barie Irsyad kemudian mendirikan Perguruan KASEGU.
KaseguNama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz “MUHAMMAD”, diciptakan oleh Pendekar Moh.Barie Irsyad.Selanjutnya Segu menjadi senjata Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga bermakna “KAuman SErba GUna”. Pada selanjutnya ada orang yang menyebutkan sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat opersionalnya berpusat di bagian selatan Kauman).
“SEGU”
Senjata Khas yang berlafadz “MUHAMMAD”
Senjata Khas Perguruan “TAPAK SUCI”
Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain :
1. Murid Cikauman (murud langsung Pendekar M.Wahib) : Achmad Djakfar, Moh.Dalhar Suwardi dan M.Slamet.
2. Murid Seranoman (murid langsung Pendekar M.Syamsuddin) : M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
3. Murid Kasegu (murid langsung Pendekar Moh.Barie Irsyad) : Irfan Hadjam, M.Djakfal Kusuma, M.Sobri Ahmad dan M.Rustam Djundab.
Murid angkatan ketujuh ini berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (Ba’da Isya’) sampai mendekati Shubuh.
Lahirnya TAPAK SUCIAtas desakan murid-murid kepada Pendekar Moh.Barie Irsyad, muncullah gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah meupakan suatu aliran yang baru melainkan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat Pendekar Moh.Barie Irsyad berada pada generasi ke-6 dalam silsilah, maka perlu melakukan silaturahim dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa dilakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian demi pembuktian, yang melibatkan para sesepu aliran.
Sudah takdir Ilahi ketika Pendekar Moh.Barie Irsyad selesai menampilkan JURUS HARIMAU, Pendekar M.Wahib menyatakan puas dan pembuktian dinilai telah cukup. Selanjutnya Pendekar A.Dimyati memberikan pesan dan petunjuk : “Kalau ketemu aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya.” Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sukap ini adalah sangat kontradiktif denga sifat jago pencak pada umumnya yang tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu merasa dirinya yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.
Ujian lainnya yang harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembang atau pun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari dara biru (ningrat), apalagi penggagas TAPAK SUCI hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dinyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.
Dalam proses pendirian TAPAK SUCI ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu yang dating dari para pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadak pengkaderan dan wadah silaturahim para ahli epncak di lingkngan Muhammadiyah. Sekalipun ujian demi ujian harus dilalui.
Maka berbagai perangkat organisasi pun disiapkan sedemikian rupa, antara lain :
Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan Kauman, maka ditetapkan nama "TAPAK SUCI''.
Tata tertib upacara disusun oleh Moh.Barie Irsyad.
Doa dan Ikrar disusun oleh H.Djarwani Hadikusuma.
Lambang Perguruan diciptakan oleh M.Fahmie Ishom.
Lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.
Lambang inti Kasegu dibuat oleh Ajib Hamzah.
Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
“Moh.Barie Irsyad”Pendiri
Perguruan Seni Bela Diri Indonesia
TAPAK SUCI
Kemudian, atas izin dan restu ALLAH SWT telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada 12 Dzulhijah 1383 atau bertepatan pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. TAPAK SUCI telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang di seluruh Nusantara dan kelak meluas ke Mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dinamis.
Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para Pendekar pendahulu (sesepuh) yang mampu memandang jauh ke depan. Tapak Suci adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Banjaran-Kauman) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa :
Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan.
Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis
Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
SEJARAH TAPAK SUCI
Pra SejarahPra sejarah Tapak Suci telah dimulai sejak lahirnya seorang putera dari KH.Syuhada, yang bernama Ibrahim, pada tahun 1872 di Banjarnegara (Jawa Tengah). Di usia remaja Ibrahim telah belajar pencak, dan kelak pemuda Ibrahim dikenal sebagai pemuda yang aktif menggunakan ilmu pencaknya itu untuk menentang penjajahan Belanda, kerap menggangu dan melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Hal ini membuatnya kaerap menjadi buronan Belanda.
Dalam statusnya yang sering menjadi buronan Belanda, Ibrahim kerap berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain bersembunyi dari kejaran pihak Belanda, Ibrahim juga mendalami dan mengasah ilmu pencaknya. Tersebutlah dalam riwayat beliau sempat singgah ke Batavia, dititip pada seorang kerabatnya disana. Namun di Batavia Ibrahim juga sering membuat onar terhadap Belanda, hingga akhirnya beliau berangkat ke Tanah Suci.
Setelah menikah dengan puteri KH.Ali, Ibrahim kemudian mendirikan pondok pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim berganti nama menjadi KH.Busyro Syuhada. Adapun kelak kemudian pondok pesantren Binorong semakin berkembang pesat, Diantara santri-santrinya antara lain: Achyat (H.Burhan) adik misan Ibrahim, M.Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, dan Sudirman. Sudirman kelak berkarir dalam dunia militer, dikenal sebagai Panglima Besar Jendral Sudirman.
Sekitar tahun 1921 dalam konfrensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH.Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik: A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M.Wahib dengan H.Burhan, selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib mengangkat KH.Busyro sebagai guru.
A.Damyati dan M.Wahib berguru pencak kepada KH.Busyro di Binorong, Banjarnegara. KH. Busyro lebih terkenal menguasai ilmu pencak inti, sedangkan H.Burhan lebih terkenal menguasai ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik A.Dimyati dan M.Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus dan 5 kembangan.Selanjutnya A.Dimyati dan M.Wahib kembali ke Yogyakarta, diikuti oleh KH.Busyro dan H.Burhan yang pindah ke Yogyakarta. Dalam kondisi demikian, masyarakat lingkunganya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Seiring dengan berpindahnya KH.Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran yang pada awalnya dikembangkan melalui pondok pesantren Binorong, akhirnya untuk sementara waktu berpusat di Kauman.
Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam dan cenderung tertutup, sedangkan M.Wahib sifatnya cenderung agresif dan terbuka. Pembawaan A. Dimyati lebih mirip dengan pembawaan H.Burhan. Sedangkan pembawaan M.Wahib dikatakan lebih mirip pembawaan gurunya, KH.Busyro. Untuk itu lebih menonjol nama M.Wahib dari pada
A.Dimyati. Sedangkan A.Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari adiknya, namun karena pendiam dan tertutup maka tidak kejadian yang dicatat.
Karena sifat kedua kakak beradik yang berbeda ini. Sering mengakibatkan keduanya terlibat bentrok, termasuk dalam hal adu kaweruh. KH.Busyro memahami karakter kedua kakak beradik ini. Sekalipun berbeda, menurut beliau keduanya sama-sama memiliki bakat pencak yang tinggi.
Melihat hal demikian KH.Busyro Syuhada menunjuk pendekar A.Dimyati untuk berkelana kea rah barat, sebagaimana yang pernah dijalani oleh pendekar KH.Busyro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A.Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada KH.Busyro tidak boleh berguru kepada guru pencak lainnya. Untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh”. Diriwayatkan bahwa Pendekar A.Dimyati berhasil menguasi ilmu Cikalong, Cimande, dan Cibarosa.
Adapun KH.Busyro menunjuk M.Wahib untuk berkelana kea rah timur, hingga beberapa tempat sempat disinggahi oleh Pendekar M.Wahib, antara lain Bawean dan Madura. Karena sifatnya yang agresif dan terbuka dari pendekar M.Wahib, maka “adu kaweruh” diartikan berkelahi, menguji ilmu dengan pendekar-pendekar yang mengklaim dirinya sebagai pendekar sakti. Menurut cerita yangdiceritakan oleh M.Wahib: “Kemana-mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang (menang), kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.
Setelah penggembaraan Pendekar A.Dimyati ke barat, dan penggembaraan Pendekar M.Wahib ke timur, keduanya kembali ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari lawan tanding Pendekar M.Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda ataupun tentara Belanda.
CikaumanPada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH.Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.
Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oelh semua murid-muridnya, yaitu:
Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
Mengabdiak perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk kesucian.
Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal :
Geografis : berupa dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
Kultural : berupa budaya dan adapt istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.
Aliran Bangsawan
Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
Daya gunanya pada seni pencak silat.
Disiplin.
Aliaran Rakyat
· Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
· Daya guna pada bela diri.
· Tidak disiplin.
Kalau dilihat pada aliran Cikauman, dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah :
· Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
· Tidak disiplin, tetapi patriotic.
· Daya duna sama kuat antara seni dan bela diri.
Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.
Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M.Wahib dan Pendekar Besar A.Dimyati. murid angkatan pertama adalah M.Djuraimi (Mbah Djur) dan M.Syamsuddin. Kehandalan M.Syamsuddinterletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ii ditunjang oleh postur tubuh M.Syamsuddinjuga seorang pemain sepak bola yang handal.
Setelah sinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M.Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN.
SeranomanPerguruan Seranoman melahirkan seorang pendekar M.Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M.Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 Kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuansehingga keilmuan pencak mudah untuk dimassalkan. Namun sayangnya baliau berpulang ke Rahmatullah sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M.Zahid sempat melahirkanseorang murid berbakat, yaitu Moh.Barie Irsyad. Selanjutnya Moh.Barie Irsyad dibine langsung oleh A.Dimyati dan M.Wahib.
Pada perkembangan selanjutnya Moh.Barie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi (terusir) dari Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kuman, pada suatu malam tepatnya tengah malam, bertempat dipelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang haq, Moh.Barie Irsyad berhasil melumpuhkan ilmu sihir dari aliran hitam.
Pada waktu di bai’at Pendekar Moh.Barie Irsyad berjasil mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lalu Pendekar Moh.Barie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M.Zahid, M.Syamsuddin, M.Wahib dan A.Dimyati, kemudian diberi restu untuk menerima murid. Moh.Barie Irsyad kemudian mendirikan Perguruan KASEGU.
KaseguNama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz “MUHAMMAD”, diciptakan oleh Pendekar Moh.Barie Irsyad.Selanjutnya Segu menjadi senjata Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga bermakna “KAuman SErba GUna”. Pada selanjutnya ada orang yang menyebutkan sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat opersionalnya berpusat di bagian selatan Kauman).
“SEGU”
Senjata Khas yang berlafadz “MUHAMMAD”
Senjata Khas Perguruan “TAPAK SUCI”
Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain :
1. Murid Cikauman (murud langsung Pendekar M.Wahib) : Achmad Djakfar, Moh.Dalhar Suwardi dan M.Slamet.
2. Murid Seranoman (murid langsung Pendekar M.Syamsuddin) : M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
3. Murid Kasegu (murid langsung Pendekar Moh.Barie Irsyad) : Irfan Hadjam, M.Djakfal Kusuma, M.Sobri Ahmad dan M.Rustam Djundab.
Murid angkatan ketujuh ini berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (Ba’da Isya’) sampai mendekati Shubuh.
Lahirnya TAPAK SUCIAtas desakan murid-murid kepada Pendekar Moh.Barie Irsyad, muncullah gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah meupakan suatu aliran yang baru melainkan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat Pendekar Moh.Barie Irsyad berada pada generasi ke-6 dalam silsilah, maka perlu melakukan silaturahim dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa dilakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian demi pembuktian, yang melibatkan para sesepu aliran.
Sudah takdir Ilahi ketika Pendekar Moh.Barie Irsyad selesai menampilkan JURUS HARIMAU, Pendekar M.Wahib menyatakan puas dan pembuktian dinilai telah cukup. Selanjutnya Pendekar A.Dimyati memberikan pesan dan petunjuk : “Kalau ketemu aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya.” Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sukap ini adalah sangat kontradiktif denga sifat jago pencak pada umumnya yang tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu merasa dirinya yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.
Ujian lainnya yang harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembang atau pun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari dara biru (ningrat), apalagi penggagas TAPAK SUCI hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dinyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.
Dalam proses pendirian TAPAK SUCI ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu yang dating dari para pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadak pengkaderan dan wadah silaturahim para ahli epncak di lingkngan Muhammadiyah. Sekalipun ujian demi ujian harus dilalui.
Maka berbagai perangkat organisasi pun disiapkan sedemikian rupa, antara lain :
Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan Kauman, maka ditetapkan nama "TAPAK SUCI''.
Tata tertib upacara disusun oleh Moh.Barie Irsyad.
Doa dan Ikrar disusun oleh H.Djarwani Hadikusuma.
Lambang Perguruan diciptakan oleh M.Fahmie Ishom.
Lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.
Lambang inti Kasegu dibuat oleh Ajib Hamzah.
Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
“Moh.Barie Irsyad”Pendiri
Perguruan Seni Bela Diri Indonesia
TAPAK SUCI
Kemudian, atas izin dan restu ALLAH SWT telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada 12 Dzulhijah 1383 atau bertepatan pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. TAPAK SUCI telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang di seluruh Nusantara dan kelak meluas ke Mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dinamis.
Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para Pendekar pendahulu (sesepuh) yang mampu memandang jauh ke depan. Tapak Suci adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Banjaran-Kauman) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa :
Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan.
Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis
Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan
Pasca KelahiranTahun 1960-an kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka mengintimidasi kaum muslim dan menggerogoti kesatuan bangsa. Hal ini terjadi juga di Kauman. Tak swdikit anak-anak Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman sudah menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di situ. Masa-masa awal ini adalah masa-masa perlawanan terhadap gerakan komunis yang terampil dalam megintimidasi, menfitnah dan merusak.
Saat itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di arahkan untuk menghadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun akhirnya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampong-kampung lain dalam rangka menggerogoti kekuatan komunis, seperti benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk M.Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka Sejati di Kampung Karang kajen, yang seolah sebagai sel gerakan di Kauman.
Namun kiranya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci kelak ternyata diharapkan di daerah-daerah lainnya, apalagi jika daerah itu merupakan kampong umat Muhammadiyah. Beberapa wilayah mengajukan permintaan untuk dibuka latihan Tapak Suci. Selain itu tapak Sucijuga tersebar karena dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah. Maka hal inilah yang kelak mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.
Seiring dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, maka masuklah beberapa ahli pencakyang berada dilingkungan Muhammadiyah ke dalam Tapak Suci. Hal ini tentu semakin menyemarakan gegap gempita Tapak Suci dari sisi organisasi dan keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke daerah-daerah lainnya.
Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsentrasi kembali pada organisasi. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Siding Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.
Prestasi Olahraga dan SeniDalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Nmaun ternyata system pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanent, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu system pertandingan olahraga Tapak Suci terus megalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, system pertandingan olahraga Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas di jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.
Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek: mental-spiritual, olahraga, seni dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yang haq, akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi suatu kesombongan.
Perguruan Historis IPSIPada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak sialt. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing0masing mencari kekuatan pendukung.
Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suciyang menunjang tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.
Kiprah Tapak SuciMaka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladir, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan kailmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya ditengah, tidak lebih panjang di satus sisi saja.
KUDA-KUDAAdapun yang dimaksud dengan kuda-kuda yaitu Tata gerak kaki yang digunakan didalam melaksanakan gerakan dalam pencak silat, Didalam Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci bentuk kuda-kuda diharuskan memenuhi aturan atau persyaratan dari bentuk kuda-kuda itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)